Yak, sambil nungguin mata gw yg udah sepet dan tinggal segari gara2 mewek barusan, ga salah dong kalo gw ngereview (-ulas sesuka hati gw) novelnya Andrea Hirata yang dwilogi Padang Bulan - Cinta di Dalam Gelas.
Novel ini gw pinjem dari temen gw, Diki, yang entah mengapa dia beli novel semacam ini,, hhaa
Mulai dah ye..
Dwilogi ini menurut temen gw adalah novel ke 5 dan 6 nya, alias lanjutan dari Laskar Pelangi-Sang Pemimpi-Edensor-Marmayah Karpov, dan barulah Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas. Tapi, gw bukan fans berattttnya Andrea sebenernya. Hehe, jadi gw cuma tau 2 novel pertama, ples, novel ini.
Gw suka sama gaya bahasanya dia. Menurut gw, bahasa dia itu simple but complex, modern, unik,dan nyata. Sulit emang gw mendefinisikan gaya bahasa seseorang. Let me put the example:
Mereka yang memegang gelas kopi dengan ujung jempol dan ujung jari tengah saja, di bagian tengah gelas, pertanda menderita karena cinta yang bertepuk sebelah tangan.
Ke atas sedikit, mereka yang menjepit gelas kopi dengan jari telunjuk dan jari tengah, kedua jari itu sejajar, lalu pada sisi gelas sebaliknya, dengan jari manis dan kelingking, adalah satu tindakan bodoh sebab akan membuat gelas tertungging dan kopi tumpah. Namun, ketidakseimbangan itu mereka tegakkan dengan ujung jempol. Orang-orang ini ingin aspirasinya didengar dan kemampuannya diakui. Mereka menuntut persamaan dan adakalanya ingin dibelai-belai. Perempuan peminum kopi selalu memegang gelas dengan cara seperti itu.
Semakin ke bagian atas gelas, pegangan semacam itu merefleksikan gengsi dan mengandung makna politis. Itulah gaya anggota DPRD memegang gelas kopi, karena hanya dengan cara begitu mereka bisa memamerkan cincin batu akik besar mereka. Adapun mereka yang memegang gelas kopi di bibir gelas paling atas karena kopinya panas.
DAMN!
Gw ngakak dibagian terakhir, dan kenapa gw harus begitu serius membaca di bagian atas sehingga saat gw membaca bagian paling akhir, gw diem. Bengong. Dan akhirnya ketawa. (telat loading -__-) See? He jokes on the serious line!
One more example..
Namun, ada pula yang suka minum ari dengan gula saja. Tanpa susu dan kopi. Mereka adalah burung sirindit. Sedangkan mereka yang meminta kopi saja, tanpa air, dan memakan kopi itu seperti makan sagon, adalah penderita sakit gila nomor 29. Adapun mereka yang sama sekali tidak minum kopi adalah penyia-nyia hidup ini.
Noted: gw setuju banget ama line terakhirnya. Gw heran ama orang yang ga doyan kopi. Minuman para dewa. hehe..
Diliat dari cara dia mendeskripsikan sesuatu, sangat jelas, rinci, bahkan sampai bagian terkecil. dan gw kagum bagaimana dia bisa membuat gw membayangkan apa yang dia tuliskan. He's a masterpiece. Dan tiba2 gw kagum..
Disini gw ga akan bercerita tentang isi novelnya yah, baca sendiri aja. Tapi tentang gimana nalar gw menangkap apa yang dia tulis. Gw suka novel ini yang Cinta di Dalam Gelas. Bagaimana dia begitu sering membicarakan tentang kopi. Ada Buku Besar Peminum Kopi, ada Kopi, Berdasarkan Cara Memegang Gelas, Kopi, Berdasarkan Teori Konspirasi, dan bagian kesukaan gw, Kopi, Sebuah Kisah di Dalam Gelas. Sounds sooo romantic. Hehe.. Segalanya tentang kopi ini membuat gw lupa diri.. Ilovecoffee..
Dan diatas daripada hal-hal itu, novel ini sarat akan perjuangan. Menyadarkan gw untuk selalu bersyukur. Ditulisnya perjuangan untuk bertahan hidup dengan kemiskinan yang membelenggu, bagaimana sebuah gadis 14tahun menjadi penambang timah pertama di Belitong. Perjuangan cinta Ikal dengan A Ling, sampai2 ia mengorbankan pekerjaan, orangtua, dan harga diri demi gadis pujaannya. Perjuangan seorang ayah yang menabung sedikit demi sedikit demi membelikan anaknya kamus satu milyar kata, yang bahkan untuk makan pun sulit. Perjuangan seorang suami untuk memberikan sang istri kejutan, dengah jerih payah, dan yang makin menyesakkan dada, ia memberi kejutan untuk keinginan istrinya 4 tahun lalu.. See.. Gimana dia menangkap dan mengingat percakapan dan harapan istrinya.. Novel ini sukses bikin gw nangis, dan ketawa di saat yang sama.. Anyway, this is sooo recommended..
Comments
Post a Comment